CCTV

Minggu, 23 Februari 2014

Tempat Wisata di Aceh

1. Mesjid Raya Baiturahman
baiturahman.jpg

Gambar Masjid Baiturahman
Mesjid Raya Baiturahman yang terletak di pusat kota Banda Aceh yakni di Pasar Aceh merupakan mesjid kebanggan masyarakat Aceh.
Sejarah mencatat pada jaman dulu ditempat ini berdiri sebuah Mesjid Kerajaan Aceh. Sewaktu Belanda menyerang kota Banda Aceh pada tahun 1873 Mesjid ini dibakar, namun untuk meredam kemarahan rakyat Aceh pada tahun 1875
Belanda membangun kembali sebuah Mesjid sebagai penggantinya yang berdiri megah saat ini.
Mesjid ini berkubah tunggal dan dibangun pada tanggal 27 Desember 1883. Selanjutnya Mesjid ini diperluas menjadi 3 kubah pada tahun 1935. Terakhir diperluas lagi menjadi 5 kubah (1959 – 1968)
2. Pantai Lampuuk
lampuuk_after_tsunami.jpg
Gambar Pantai Lampuuk setelah tsunami.
Pantai Lampuuk terletak di pantai barat Aceh. Dari Banda Aceh kurang lebih 17 km dan dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor dalam waktu kurang dari 30 menit. Namun sayangnya pantai yang cukup terkenal dan menjadi tempat wisata favorit penduduk Aceh tersebut musnah tersapu Tsunami.
Pantai ini cukup indah dan dapat digunakan sebagai tempat berenang, berjemur di pasir putih, memancing, berlayar, menyelam dan kegiatan rekreasi lainnya.
Disore hari pantai ini terasa lebih indah, dimana kita dapat menyaksikan matahari terbenam yang penuh pesona.
Disekitar pantai Lampuuk juga berdiri megah sebuah pabrik semen Andalas, namun saat itu pabrik tersebut hanya tinggal kenangan setelah mengalami kerusakan parah akibat gempa dan Tsunami 26 Desember 2004 yang lalu.
Dikawasan Pantai Lampuuk, anda dapat bermain golf dengan latar belakang panorama laut di Padang Golf Seulawah. Sayangnya semua keindahannya kini tinggal kenangan dan tinggal menungguk pemerintah memperbaiki wisata yang cukup digemari turis asing tersebut.
3. Taman Wisata Alam Laut Pulau Weh
taman-wisata-alam-laut-pulau-weh-sabang.jpg
Gambar Taman Wisata Alam Laut Pulau Weh Sabang
Taman Wisata Alam (TWA) Laut Pulau Weh ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 928/Kpts/Um/12/1982 tanggal 27 Desember 1982 seluas 2.600 Ha.
Secara geografis TWA Laut Pulau Weh terletak pada 0552’ Lintang Utara dan 9552’ Bujur Timur. Sedangkan secara administrasi pemerintahan termasuk Kecamatan Sukakarya, Kotamadya Sabang, Propinsi D.I. Aceh dan dari segi pengelolaan hutannya termasuk Resort Konservasi Sumber Daya Alam Iboih dan masuk pada Sub Balai Konservasi Sumberdaya Alam Propinsi NAD.
Di TWA Laut Pulau Weh, Sabang terdapat terumbu karang, baik karang yang keras maupun karang yang lunak dengan berbagai jenis, bentuk dan warna, yang kesemuanya membentuk gugusan karang yang menarik untuk dinikmati, antara lain karang dengan nama daerahnya karang lupas, karang rusa, karang kerupuk.
Selain terumbu karang, TWA Laut Pulau Weh, Sabang dapat ditemui jenis-jenis ikan karang seperti Angel fish, Tropet fish, Dunsel fish, Sergeon fish, Grope fish, Parrot fish dan lain-lain. Ikan-ikan ini berada di sekitar TWA Laut Pulau Weh dan sebagian merupakan endemik di daerah ini. Selain itu juga banyak ditemukan jenis-jenis ikan ekonomis seperti Tuna, Kakap, Kerapu, Bayan, Pisang-pisangan dan lain-lain.
Kegiatan wisata alam yang dapat dilakukan di TWA Laut Pulau Weh adalah kegiatan wisata tirta seperti berselancar, naik sampan, berenang, memancing, serta menyelam untuk menikmati alam bawah air dengan keanekaragaman terumbu karang serta ikan-ikan karangnya yang indah.
Beberapa fasilitas yang dapat mendukung kegiatan wisata antara lain : pondok-pondok penginapan di sekitar Iboih yang dibangun oleh masyarakat, shelter, MCK, masjid, kios cendera mata dan hotel yang terdapat di Gapang. Selain itu terdapat berbagai fasilitas yang berada di Pulau Rubiah yang dibangun oleh Dinas Pariwisata Dati I D.I. Aceh antara lain : pusat kegiatan menyelam yang dilengkapi dengan fasilitasnya (perahu motor, peralatan selam), mushola, shelter, MCK, rumah jaga, menara pengintai, jalan setapak, taman dan instalasi listrik.

krueng_raya1.jpg

Gambar Krueng Raya

Krueng Raya berjarak 35 Km dari Banda Aceh merupakan sebuah nama wilayah. Di daerah tersebut terdapat pelabuhan yang bernama “Pelabuhan Malahayati” yang sering dipergunakan masyarakat Banda Aceh untuk menyebrang ke pulau Weh (Sabang). Pelabuhan tersebut akhirnya dinon aktifkan setelah pelabuhan Ulee Lhe yang lebih megah dibangun (namun sama saja hancur karena Tsunami). Krueng Raya yang termasuk daerah dengan kerusakan terparah akibat Tsunami dapat ditempuh dalam waktu 30 menit dari Banda Aceh.

Di daerah ini juga sangat terkenal dengan pantainya yang bernama Ujong Batee, disana selain pantainya yang indah juga terdapat sebuah restoran yang cukup megah yang menyajikan makanan khas Aceh yang terkenal yaitu Kepiting Besar, Udang Windu, Tiram, Telur Penyu, dan berbagai hasil laut dan pertanian lainnya. Pantai Ujong Batee sendiri terletak sekitar 17 km arah timur Banda Aceh. Pantainya yang ditumbuhi pohon cemara yang lebat merupakan pelindung para pengunjung bila hari panas sehingga cukup nyaman untuk bersantai. Ujong Batee dalam bahasa Aceh berarti Ujung Batu, mungkin nama ini diberikan karena dari pantai inilah kita dapat langsung melihat pulau seberang Sabang

Selain Ujong Batee, di Krueng Raya juga terdapat daerah wisata bernama Lamreh, daerah ini merupakan daerah bukit yang dulunya tandus, namun kini telah ditanami berbagai pohon. Dari sini kita dapat menyaksikan panorama laut yang indah seperti terlihat pada gambar dihalaman ini.

rumoh3-aceh.jpg
Gambar Rumah Aceh
Kota Banda Aceh memiliki sebuah Museum Negeri yang terletak dalam sebuah Kompleks. Bangunan induk Museum berupa sebuah rumah tradisional Aceh, dibuat pada tahun 1914 untuk Gelanggang Pameran di Semarang, yang kemudian dibawa pulang ke Banda Aceh tahun 1915 oleh Gubernur Van Swart (Belanda) yang kemudian dijadikan Museum. Rumoh Aceh adalah sebuah rumah panggung yang berpintu sempit namun didalamnya seluruh ruangan tersebut tidak bersekat.
Sekarang ini lingkungan Museum ini telah bertambah dengan bangunan baru yang mengambil motif-motif bangunan Aceh seperti halnya bangunan Balai Pertemuan yang berbentuk kerucut yang bentuknya diambil dari cara orang Aceh membungkus nasi dengan daun pisang yang dinamakan “Bukulah”. Bukulah ini antara lain dihidangkan pada kenduri-kenduri tertentu seperti Kenduri Blang, Kenduri Maulid Nabi Besar Muhammad Saw dan lain sebagainya.
Ruang pamer Museum yang baru, memiliki bangunan 3 lantai, dipenuhi oleh berbagai koleksi barang-barang purbakala yang ditata dengan baik. Salah satu koleksi Museum ini adalah Lonceng Besar yang diberi nama “CakraDonya”. Lonceng ini merupakan hadiah dari Kerajaan Cina tempo dulu yang dibawa oleh Laksamana Ceng Ho pada tahun 1414. Beranda depan Museum memiliki bentuk khas yang juga memperlihatkan ukiran-ukiran kayu dengan motif Aceh. Banyak hal yang menarik dimuseum yang bersebelahan dengan pendopo Gubernur Aceh itu sehingga banyak murid sekolah yang berkunjung setiap harinya.
Dikompleks ini sekaligus dijumpai makam sultan-sultan Aceh dimasa lalu. Makam para Sultan pada umumnya dinuat dari Batu Gunung dan dihiasi dengan Kaligraphi Arab yang indah mempesona, salah satunya adalah Makam Sultan Iskandar Muda.
6. Gunongan
gunong.jpg
Gambar Gunong
Gunongan merupakan sebuah bangunan peninggalan Sultan Iskandar Muda (1608-1636) untuk permaisurinya Putri Phang.Menurut sejarah, Putri Phang selalu merasa rindu akan kampung halamannya, Pahang – Malaysia. Sultan kemudian mengetahui bahwa kegusaran permaisurinya itu karena di Pahang Istananya dikelilingi oleh perbukitan dimana permaisuri dapat bermain, namun disini tidak.
Lalu Sultan membangun sebuah gunung buatan yaitu Gunongan dimana permaisuri dapat memanjatinya. Begitu bangunan ini siap, permaisuri menjadi berbahagia dan lebih banyak menghabiskan waktunya disini terutama pada saat matahari akan tenggelam. Gunongan terletak dalam sebuah komplek di Jl Teuku Umar Banda Aceh, dimana daerah tersebut luput dari keganasan Tsunami.
7. Alam Aceh
Banda Aceh memiliki pemandangan laut yang luar biasa bagusnya, pemandangan laut tersebut juga menjadi daya tarik sendiri bagi wisatawan asing, kota ini memang merupakan kota pesisir pantai barat Sumatera, maka tak heran kota ini termasuk parah akibat terjangan Tsunami.
Pemandangan laut Aceh tidaklah kalah dengan Bali ataupun Lombok. Selain laut, pemandangan udara Banda Aceh juga sangat indah ini dimungkinkan mengingat kurangnya polusi di daerah tersebut. Kendaraan di Aceh juga tidak sebanyak di daerah lain. berikut beberapa gambar pemandangan laut dan udara Banda Aceh:
aceh-laut1.jpgaceh-laut2.jpglangit-aceh1.jpg
Sumber :/students.ukdw.ac.id/~22022799/wisata.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar