Museum Tsunami
Megah namum mencekam. Itulah kesan yang timbul saat melihat bangunan Museum Tsunami. Betapa tidak, museum yang didesain oleh Wali Kota Bandung Ridwan Kamil yang saat itu menjadi dosen Institut Teknologi Bandug (ITB) itu menjadi penanda bencana mahadahsyat tsunami.
Gedung yang diberi nama Rumoh Aceh as Escape Hill ini berwarna cokelat dengan tembok berlubang-lubang. Jika diperhatikan dari atas akan tampak seperti gelombang tsunami. Namun, bila diperhatikan dari samping akan tampak seperti kapal lengkap dengan cerobong asap dan geladak yang luas sebagai ecape building.
Museum yang dibangun sejak 2006 oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Nangroe Aceh Darussalam-Nias ini menjadi lokasi pertama dan terlengkap menyajikan rekam jejak tsunami. Di dalamnya terdapat video, foto, serta alat peraga tsunami.
Saat memasuki halaman museum, pengunjung akan menemukan bangkai helikopter milik Polri yang menjadi saksi bisu keganasan gelombang tsunami. Helikopter itu tidak sempat terbang akibat telah dilumat terlebih dahulu oleh gulungan ombak tsunami.
Berjarak sekitar 1 Km dari Masjid Raya Banda Aceh, museum ini telihat mencolok dibandingkan dengan bangunan lainnya. Museum yang menghabiskan dana Rp140 miliar ini memiliki efek 4 dimensi dalam menggambarkan bencana tsunami.
Begitu masuk, pengunjung akan merasa memasuki lorong gelap gelombang tsunami dengan ketinggian 40 meter dan memiliki efek air jatuh. Setelah itu, pengunjung akan disajikan gambar-gambar peristiwa tsunami sekaligus proses evakuasi korban.
Masuk ke ruangan berikutnya, disebut ‘Ruang Penentuan Nasib’ atau Fighting Room dan sering disebut juga the Light of God. Ruangan ini berbentuk seperti cerobong semi-gelap dengan tulisan Allah dibagian puncaknya.
Ruangan Penentuan Nasib ini merefleksikan perjuangan para korban tsunami. Bagi mereka yang menyerah ketika tersekap gelombang tsunami, nama mereka terpatri di dinding cerobong sebagai korban.
Sebaliknya, bagi mereka yang merasa masih ada harapan, terus berjuang seraya mengharapkan belas kasih dari Yang Maha Menolong. Begitu mereka yakin akan adanya pertolongan Allah, maka mereka seakan seperti mendengar adanya panggilan Ilahi dan terus berjuang hingga selamat keluar dari gelombang tersebut.
Ketika berhasil keluar dari gelombang maut dengan cara berputar-putar melawan arus, pengunjung akan dibawa menuju ‘Jembatan Harapan’ atau Hope Bridge. Saat keluar itulah, survivor akan melihat 53 bendera negara yang telah membantu para korban.
Melalui jembatan ini, seperti melewati air tsunami menuju ke tempat yang lebih tinggi. Di sini pengunjung akan disambut dengan pemutaran film tsunami selama 15 menit dari gempa terjadi, saat tsunami terjadi hingga saat pertolongan datang.
Di lantai tiga, terdapat bermacam-macam sarana pengetahuan gempa dan tsunami berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek). Informasi sejarah dan potensi tsunami di seluruh titik bumi, simulasi meletusnya gunung api di seluruh Indonesia, simulasi gempa yang bisa disetel seberapa skala richter tersaji disana.
Kemudian jika beruntung, pengunjung juga dapat menyaksikan simulasi 4 dimensi kejadian gempa dan tsunami. Selain itu juga terdapat desain ideal rancangan tata ruang bagi wilayah yang memiliki potensi tsunami.
Museum ini diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 23 Februari 2008. Museum tsunami Aceh lokasinya terdapat di jalan Iskandar Muda Banda Aceh. Lokasinya berada tepat ditengah-tengah ibukota Provinsi Aceh dan bersebelahan tempat wisata bersejarah lain seperti Peutjoet, Kerkhoff, Blang Padang, serta Taman Sari.
Sumber : http://www.solopos.com/2013/12/27/inilah-6-lokasi-wisata-sisa-keganasan-tsunami-aceh-477378/2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar